PROPOSAL INOVASI
PEMBELAJARAN
“ROMBENG” (ROMBONG DONGENG) : Metode Meningkatkan
Minat Baca Anak Usia Sekolah Usia 3,5-6 Tahun
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Difusi Inovasi
Yang dibina oleh Ibu Endang Sri Redjeki
Disusun Oleh:
Hawwin Fahmi Ramadhan 120141411488
Kapit Tatak Aprianto 120141411499
M. Arif Irwanto 120141411491
Muhammad Shivana
Ridho 120141411490
Poppy Trisnayanti Puspitasari 120141400970
Shobri Firman Susanto 120141411489
Wiwin Januaris 120141411501
UNIVERSITAS NEGERI
MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
2013
“ROMBENG” (ROMBONG DONGENG) : Metode Meningkatkan
Minat Baca Anak Usia Sekolah Usia 3,5-6 Tahun
RINGKASAN
Pendidikan
sering diartikan sebagian besar masyarakat sebagai proses untuk meningkatkan
potensi peserta didik yang dilakukan oleh anak usia sekolah didalam lingkup
persekolahan itu sendiri. Padahal pada kenyataannya, seseorang menghabiskan
waktu disekolah tidak lebih lama daripada geliat kegiatan yang lebih banyak
menghabiskan waktu diluar sistem persekolahan.
Keberadaan
perpustakaan sebagai sarana meningkatkan minat baca anak usia 3 hingga 6 tahun
dirasa sangat penting, akan tetapi keberadaan perpustakaan seringkali tidak
menjangkau berbagai daerah yang dirasa kurang strategis. Adanya perpustakaan
keliling menggunakan tenaga kendaraan bermotor akan sangat membantu dorongan
meningkatkan minat baca. Hal tersebut tidak mungkin berdiri sendiri, mesti ada
hal lain yang mampu menarik dan mendukung agar peminat perpustakaan keliling menjadi
makin banyak yaitu dengan metode dongeng oleh fasilitator perpustakaan dan juga
antar sasaran agar persepsi bahwa membawa adalah satu hal yang membosankan
dapat terhapus dan minat baca anak usia 3,5 hingga 6 tahun dapat meningkat.
Kata
Kunci: Dongeng, kereta kelinci,minat baca
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pendidikan sering diartikan
sebagian besar masyarakat sebagai proses untuk meningkatkan potensi peserta
didik yang dilakukan oleh anak usia sekolah didalam lingkup persekolahan itu
sendiri. Padahal pada kenyataannya, seseorang menghabiskan waktu disekolah
tidak lebih lama daripada geliat kegiatan yang lebih banyak menghabiskan waktu
diluar sistem persekolahan. Dari sinilah mestinya terjadi perubahan paradigma
mengenai arti pendidikan sesungguhnya, dimana pendidikan merupakan proses untuk
meningkatkan potensi peserta didik yang tidak hanya berlangsung di dalam sistem
persekolahan tapi juga didalam lingkup keluarga dan juga masyarakat yang sering
diistilahkan sebagai informal dan non formal.
Coombs (1973) membedakan pengertian
tiga jenis pendidikan sebagai berikut:
Pendidikan
formal adalah kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat, berjenjang,
dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf
dengannya; termasuk kedalamnya kegiatan studi yang berorientasi akademis umum,
program spesialisasi, dan latihan profesional, yang dilaksanakan dalam jangka
waktu yang terus menerus.
Pendidikan
informal adalah proses yang berlangsung sepanjang usia sehingga setiap orang
memperoleh nilai, sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang bersumber dari
pengalaman hidup sehari- hari, pengaruh lingkungan termasuk didalamnya adalah
pengaruh kehidupan keluarga, hubungan dengan tetangga, lingkungan pekerjaan dan
permainan, pasar, perpustakaan, dan media massa.
Pendidikan
non formal ialah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, diluar sistem
persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting
dari kegiatan yanglebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta
didik tertentu didalam mencapai tujuan belajarnya.[1]
Dari penggolongan yang telah
disebutkan oleh Coombs, terlihat jelas bahwa pendidikan formal cenderung baku
dan kaku, berorientasi pada akademis umum yang kadang tidak bersesuaian dengan
apa yang ada di masa kini dan tentunya dibatasi pula oleh usia karena proses
penjenjangan yang baku. Sedangkan pendidikan informal dan non formal cenderung
fleksibel, tidak dibatasi usia atau penjenjangan tertentu, bisa dilaksanakan
sepanjang hayat atau seumur hidup, ilmu yang didapat pun dapat disesuaikan
dengan kebutuhan belajar dan dapat dilaksanakan dimana saja dan juga kapan
saja. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya proses pendidikan dapat pula
ditekankan dalam pendidikan informal dan non formal karena sesungguhnya
sesorang memang hanya menghabiskan tidak banyak waktu di dalam lingkup
pendidikan formal.
Di sebutkan lagi oleh Coombs bahwa
pendidikan informal salah satunya melalui media perpustakaan. Akan tetapi pada
kenyataannya, tidak semua masyarakat mampu mengakses perpustakaan. Hal ini
dikarenakan, biasanya pengadaan perpustakaan baik oleh negara maupun oleh
swasta biasanya hanya berada di pusat keramaian kota. Tidak meratanya akses
perpustakaan ini lah yang menjadi salah satu faktor tidak meratanya minat baca
pada anak khususnya yang berusia antara 3,5 hingga 6 tahun. Mestinya ada suatu
program khusus yang mampu menyediakan fasilitas setara perpustakaan yang juga
menjangkau berbagai wilayah yang kurang strategis atau jauh dari pusat
keramaian. Untuk mewujudkan ide tersebut, kendaraan bermotor yang di lengkapi sebuah bak berisi berbagai
macam buku dirasa sangat pas dalam penerapannya. Paket kendaraan bermotor yang
di lengkapi bak berisi buku ini tidak berdiri sendiri. Agar menarik minat
sasaran, paket tersebut akan di lengkapi dengan metode dongeng. Metode dongeng
tidak hanya di lakukan oleh fasilitator akan tetapijuga oleh sasaran itu
sendiri terhadap sesama sasaran atau dongeng sebaya.
1.2
Manfaat
1 Memberi
wadah pada tenaga penggerak yang memiliki kesadaran sosial tinggi kaitannya
dengan peningkatan minat baca.
2 Meningkatnya
kesadaran masyarakat atas pentingnya meningkatkan minat baca.
3 Meningkatkan
minat baca anak usia 3,5 hingga 6 tahun.
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Spesifikasi
Rombeng
(Rombong Dongeng) ini menggunakan kereta kelinci dan di dalam kereta
menyediakan beragam buku cerita atau dongeng bagi anak-anak
Pembiayaan:
No
|
Jenis
Pengeluaran
|
Biaya (Rp)
|
1.
|
Pembelian 1 unit kereta kelinci
|
Rp. 10.000.000
|
2.
|
Peralatan penunjang pendongeng (Boneka
model, kotak setting sandiwara boneka)
|
Rp. 500.000
|
3.
|
Administrasi, publikasi, seminar, laporan.
|
Rp.
1.000.000
|
Total Biaya
|
Rp. 11.500.000
|
2.3 Cara Kerja
a. Metode Pelaksanaan
1.
Sosialisasi terhadap perangkat desa dan masyarakat.
Sosialisasi dan mengurus perijinan adanya program
terhadap perangkat desa. Kemudian sosialisasi program terhadap masyarakat
melalui lembaga pendidikan, organisasi sosial dan keagamaan yaitu: Karang
Taruna, PKK, Pengajian, TPQ, Taman Kanak- Kanak.
2.
Bekerja sama dengan organisasi Penyala Indonesia.
Merupakan cabang dari gerakan Indonesia Mengajar yang
bergerak dalam bidang pengumpulan buku sekaligus pendistribusian buku- buku
tersebut ke berbagaitempat yang memang di bidik dan di anggap membutuhkan.
Kerjasama disini, di pergunakan agar program dapat berjalan lebih mudah dengan
mendapat sokongan dari pendistribusi buku yang telah terpercaya.
3.
Bekerja sama dengan lembaga pendidikan, organisasi sosial maupun
keagamaan masyarakat setempat.
Bekerja sama dengan Karang Taruna, PKK, Pengajian, TPQ,
Taman Kanak- Kanak yang ada dalam lingkungan masyarakat setempat kaitannya
dengan sosialisasi juga pengimpunan tenaga dan juga penghimpunan bahan- bahan
yang di butuhkan dalam program.
2.4 Kelebihan dan Kelebihan
a. Kelebihan
·
Lebih menarik karena menggunakan
media yang di sukai anak-anak yaitu kereta kelinci dan alat bantu dongeng
seperti boneka tangan, buku dongeng/cerita bergambar dan boneka jari.
b. Kelemahan
·
Pembiayaan lebih besar
·
Membutuhkan bahan bakar
kendaraan, jika sewaktu-waktu bahan bakar kereta kelinci habis maka ROMBENG
tidak dapat menjangkau sasaran.
·
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Adanya inovasi pembelajaran
“ROMBENG” Rombong Dongeng sangat bermanfaat.. Luaran yang diharapkan dari
pelaksanaan program ini adalah adanya kesadaran masyarakat terhadap perubahan
sosial dan pentingnya ilmu pengetahuan kaitannya dalam peningkatan minat baca
anak usia 3,5 hingga 6 tahun. Kemudian, terjadi peningkatan minat baca untuk
anak usia 3,5 hingga 6 tahun.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar